يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu kepada Islam secara menyeluruh. Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagi kamu.” (Qs. al-Baqarah [2]: 208)."

28.10.09

Al Qur’an Konstitusi Umat Islam


Segala puji hanya milik Allah, yaitu Dzat yang telah membuka pintu gerbang surga untuk hamba-hamba-Nya yang berpuasa karena dorongan keimanan dan hanya berharap ridho-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi dan Rasul yang paling mulia, yang diutus untuk membawa dan menyebarkan rahmat ke seluruh penjuru dunia; dan shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan juga kepada para keluarga dan sahabatnya yang baik dan suci; serta siapa saja yang dengan setia mengikutinya, menempuh jalannya, mengikuti petunjuknya, menjalankan sunnahnya, dan melanjutkan dakwahnya hingga hari kiamat. Waba’du.

Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang begitu jelas dan terang. Sedang Dia adalah Dzat yang ucapan-Nya paling jujur dan paling dapat dipercaya:
إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (TQS. Al-Isra’ [17] : 9).

Saudara seiman: Sesungguhnya Al-Qur’an adalah sumber dari segala sumber legislasi dalam Islam. Sedangkan Sunnah Nabi juga merupakan dalil syara’ sama seperti Al-Qur’an. Sebab Sunah Nabi sebagai dalil syara’ memiliki landasan yang qath’iy (definitif), seperti halnya Al-Qur’an. Sementara ijma’ (konsensus) para sahabat ridhwanullahi ‘alaihim dapat mengungkapkan dalil syara’—yang masih tersembunyi. Adapun qiyas (ijtihad), maka iapun dibangun bersandarkan dalil syara’. Dengan ini, maka dalil hukum syara’ dalam Islam ada empat saja, yaitu: Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’ Shahabat, dan Qiyas. Dan hanya inilah dalil-dalil syara’ yang mu’tabarah (diakuinya). Sehingga selain keempat dalil ini bukanlah dalil syara’.

At-Tirmidzi meriwayatkan dalam Musnadnya dari Ali karramallahu wajhah, yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Kelak akan ada fitnah”. Ali berkata: “Apa yang bisa menyelamatkan dari fitnah itu, wahai Rasulallah?” Rasulullah SAW bersabda: “Kitabullah (Al-Qur’an). Di dalamnya terdapat berita tentang orang-orang sebelum dan sesudah kalian. Ia pemberi keputusan atas apa yang kalian perselisihkan. Al-Qur’an merupakan pemisah antara hak dan bathil, dan ia bukanlah senda gurau. Siapa saja yang meninggalkannya dengan sombong, maka ia menjadi musuh Allah. Siapa saja yang mencari petunjuk pada selain Al-Qur’an, maka Allah akan menyesatkannya. Al-Qur’an adalah tali Allah yang kokoh, cahaya-Nya yang terang, peringatan yang bijak, jalan yang lurus, obat yang ampuh, menjaga siapa saja yang berpegang teguh dengannya, keselamatan bagi siapa saja yang mengikutinya, apa saja yang bengkok al-Qur’an meluruskannya, apa saja yang menyimpang, al-Qur’an akan mengembalikannya. Al-Qur’an tidak akan disesatkan oleh hawa nafsu, tidak akan tercampuri oleh bahasa-bahasa lain, tidak akan diwarnai oleh berbagai pendapat, tidak membuat kenyang para ulama, tidak membuat bosa orang-orang yang takwa, tidak usang meski banyak yang menolak, dan kehebatannya tidak pernah habis. Al-Qur’an membuat jin berhenti seketika ketika jin mendengarnya. Sehingga jin berkata: ‘Sesungguhnya kami mendengar bacaan (Al-Qur’an) yang begitu mengagumkan. Siapa saja yang mengetahuinya, maka ia mengetahui hal-hal sebelumnya; siapa saja yang berkata dengannya, maka ia benar(jujur); siapa saja yang berhukum dengannya, maka dia pasti adil; siapa saja yang mengamalkannya, maka ia mendapatkan pahala; dan siapa saja yang menyeru kepadanya, maka ia menyeru kepada jalan yang lurus.’

Rasulullah SAW juga bersabda: “Aku telah diberi Al-Qur’an dan yang sepertinya”. Sedang yang dimaksud dengan “yang sepertinya” adalah Sunnah Nabi yang disucikan. Dengan demikian, As-Sunnah merupakan referensi (dalil) hukum-hukum syariah sama seperti halnya Al-Qur’an. Dan menjalankan perintah-perintah As-Sunnah sama dengan menjalankan perintah-perintah Al-Qur’an. Sebab menaati Rasul hakekatnya adalah menaati Allah. Allah SWT berfirman:
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
“Barangsiapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah.” (TQS. An-Nisa’ [4] : 80)

Oleh karena itu, wahai saudara seiman. Al-Qur’an itu tidak lain adalah konstitusi umat Islam yang abadi. Dan Sunnah Nabi ini berfungsi menjelaskan dan menerangkan Al-Qur’an al-Karim.
Dan mengingat teks-teks Al-Quran dan As-Sunnah datang dalam bahasa Arab, maka bahasa Arab merupakan bagian penting, dan tidak terpisahkan dari Islam, bahkan dakwah Islam tidak diemban melainkan dengan bahasa Arab, begitu juga tidak mungkin memahami Islam dari sumber-sumber aslinya, dan menggali berbagai hukum darinya kecuali dengan menguasai bahasa Arab.

Sungguh para generasi kita terdahulu yang shalih (salafush shalih) benar-benar memahami hal itu. Mereka tahu bahwa para musuh Islam tidak akan pernah mampu untuk melemahkan—apalagi mengalahkan dan melenyapkan—negara Islam, selama Islam masih tertanam kuat dalam diri kaum Muslim, kuat pemahamannya terhadap Islam, serta kuat dalam penerapannya. Oleh karena itu, mereka (salafush shalih) sangat antusias terhadap bahasa Arab, perhatian mereka terhadap bahasa Arab sangat besar. Mereka mengajari anak-anaknya bahasa Arab seperti mereka mengajari anak-anaknya Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dan pada saat mereka mengemban dakwah Islam, maka dalam mengembannya juga fokus pada tiga hal, yaitu Kitabullah, Sunnah Rasul-Nya, dan bahasa Arab. Namun sekarang dimana semua itu?

Musuh-musuh Islam telah menggunakan dan menciptakan berbagai cara untuk melemahkan pemahaman umat Islam terhadap Islam, dan melemahkan penerapan mereka terhadap hukum-hukum Islam. Karenanya perhatian mereka tertuju pada bahasa Arab, sebab ia merupakan bahasa yang digunakan dalam menyampaikan Islam. Sehingga mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk memisahkan bahasa Arab dari Islam. Dan untuk memuluskan tujuannya itu, maka diserahkanlah kekuasaan kepada orang yang sama sekali tidak mengenal akan nilai-nilai penting bahasa Arab. Dengan demikian, apa yang mereka inginkan berjalan dengan mulus …. Akan tetapi sampai kapan ini semua akan terus terjadi! Namun, Allah SWT berfirman:
وَيَأْبَى اللَّهُ إِلاَّ أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
“Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (TQS. At-Taubah [9] : 32)

Dan firman-Nya:
وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” (TQS. Yusuf [12] : 21)

“Ya Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu di hari yang penuh berkah ini, bulan suci Ramadan yang penuh keutamaan, supaya Engkau menyiapkan untuk Al-Qur’an ini orang yang akan mengangkat dan mengibarkan bendera Islam, merealisasikan tujuan Islam, dan menerapkan syariah Islam dengan cara membuat Engkau ridho kepada kami. Dan kami memohon kepada-Mu, ya Allah agar Engkau menerima shalat, puasa, tarawih, dan amal-amal shalih lainnya. Dan kami memohon kepada-Mu, semoga Engkau memberi kesempatan mata kami untuk menyaksikan berdirnya Khilafah, serta menjadikan kami tentara-tentara Khilafah yang setia dan ikhlas. Sesungguhnya Allah SWT yang berkuasa dan mampu mewujudkan semua itu.”

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Abu Ibrahim
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 16/09/2009

Ketika Hukum Allah Diabaikan (I)


Pemilu Legislatif dan Pilpres telah usai. Kabinet pun telah selesai dibentuk. Berbagai target dan program kerja pemerintah mulai disusun dan dikerjakan. Anggota legislatif yang mayoritas mereka adalah muslim juga mulai membahas berbagai UU yang akan diimplementasikan di negeri Islam terbesar di dunia ini.

Meski sebagian besar wajah di pemerintahan dan legislatif adalah wajah baru namun disayangkan paradigma sekularisme masih dijadikan sebagai asas bernegara. Hukum-hukum Allah dipinggirkan sementara akal dan hawa nafsu manusia dijunjung tinggi. Padahal al-Quran sebagai pedoman umat Islam telah mengingatkan bahaya dan ancaman atas sikap demikian.
Al-Quran telah memaparkan bahwa orang-orang yang mengabaikan syariat Islam dan menerapkan hukum selain Allah swt akan mendapatkan berbagai bencana baik pada agama, dunia dan akhirat mereka.

A. Bencana Agama

Bencana pertama yang menimpa orang yang menerapkan hukum selain Allah swt adalah bencana pada agamanya. Orang yang berpaling dari agama Allah dengan berpaling dari hukum-Nya pada dasarnya telah menyerahkan agama mereka kepada aturan manusia yang serba lemah dan terbatas. Akibatnya mereka terjerembab pada kesesatan dan kemaksiatan; membuat mereka semakin jauh dari jalan Allah yang lurus serta mendapatkan berbagai bencana. Al-Quran telah mengisyaratkan beberapa bencana dalam aspek keagamaan yang akan menimpa mereka antara lain:

1. Dikeraskan Hatinya
Mengubah syariat atau berpaling dari syariat akan menjadikan hati seseorang menjadi keras. Allah telah memberikan pelajaran kepada kita bagaimana Ia memperlakukan orang-orang Yahudi telah berpaling dan mengubah firman-firman-Nya. Allah swt berfirman:
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Karena mereka telah melanggar janji mereka maka kami melaknat mereka dan menjadikan hati mereka keras. Mereka telah merubah kalimat-kalimat dari asalnya dan melupakan bagian-bagian yang telah diingatkan kepada mereka. Engkau (Muhammad) akan selalu melihat pengkhianatan ada diri mereka kecuali sedikit dari mereka. Maka maafkanlah mereka dan biarkanlah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS: Al-Maidah [5]: 13).

Demikianlah sikap Allah pada orang-orang Yahudi yang telah melanggar janji mereka untuk mendengar dan taat kepada-Nya. Mereka bahkan memperlakukan ayat-ayat Allah dengan tidak patut; menakwilkan ayat-ayat Allah yang berbeda dari apa yang telah diturunkan; mengartikan selain dari yang dimaksud; mengatakan apa yang tidak dinyatakan dan tidak mengamalkannya karena benci kepadanya.

Orang-orang yang berpaling dari syariat Allah dan hanya mengikuti akal dan hawa nafsunya juga ditutup hati, pendengaran dan penglihatannya dari petunjuk. Dengan demikian mereka hidup dalam kesesatan. Allah swt berfirman:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
“Apakah engkau tidak melihat bagaimana orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan dan Allah menyesatkan mereka atas dasar ilmu, menutup pendengaran mereka dan menjadikan penutup pada penglihatan mereka. Maka siapakah yang memberikan petunjuk kepada mereka selain Allah?. Maka tidakkah engkau mengambil pelajaran?” (QS. Al-Jatsiyah [45]: 2 3)

Di dalam al-Quran juga dijelaskan bahwa mengagungkan syiar dan syari’at-Nya merupakan sifat orang yang bertaqwa kepada Allah. Allah swt berfirman:
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Demikianlah barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketaqwaan hati.” (QS. Al-Hajj [22]: 32)

Sebaliknya seseorang yang menentang syariah Allah, sombong dan berlaku sewenang-wenang atasnya hatinya akan dikunci oleh Allah swt. Jika demikian maka ia akan sulit untuk menemukan kebenaran. Allah swt berfirman:
الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آَيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ الَّذِينَ آَمَنُوا كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ
“(yaitu) Orang-orang yang mendebat ayat-ayat Allah tanpa argumentasi yang datang kepada mereka. Amat besar kemurkaan (kepada mereka) di sisi Allah dan orang-orang yang beriman.
Demikianlah Allah menutup setiap hati orang-orang yang sombong.”(QS. Ghafir [40]: 35)
Allah swt juga telah memperingatkan ummat ini agar tidak merusak hati mereka akibat tidak memenuhi tuntutan syariah-Nya. Allah swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman penuhilah seruan Allah dan Rasul-Nya jika ia menyeru kalian pada sesuatu yang menghidupkan kalian. Dan ketahuilah sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya. Dan kepada-Nya lah kalian dikumpulkan.”(QS. Al-Anfal [8]: 24)

Dari ayat tersebut difahamai bahwa Allah swt akan menghalangi seseorang pada kekufuran jika seseorang taat pada syariat-Nya. Sebaliknya Ia akan menjauhkan seseorang dari keimanan jika membangkan terhadap syariat-Nya. Ini karena hanya Allah-lah yang menguasai hatinya.

2. Disesatkan dari Kebenaran
Mengikuti hawa nafsu dan mendahulukannya ketimbang mengikuti hukum Allah swt juga akan membuat seseorang menjadi tersesat dan jauh dari jalan kebenaran. Allah swt berfirman:
يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
“Wahai Daud sesungguhnya kami menjadikan engkau sebagai khalifah di bumi maka hukumilah manusia dengan kebenaran dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu sehinga ia menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah maka bagi mereka adalah azab yang pedih karena mereka telah melupakan hari Perhitungan.” (QS. Shad [38]: 26)

Allah swt telah memperingatkan Ahlu Kitab untuk tidak mengikuti hawa nafsu sebagian orang yang menyimpang dari kebenaran. Allah swt berfirman:
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
“Katakanlah wahai Ahlu Kitab janganlah kalian berlebih-lebihan pada agama kalian dengan jalan yang tidak benar. Dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu kaum sebelumnya yang telah sesat dan menyesatkan banyak manusia serta telah sesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al-Maidah [5]: 77)

Sayangnya, Ahlu Kitab juga terjerembab dalam kesesatan akibat menjauhi syariat Allah yang diturunkan untuk mereka. Lebih dari itu setelah berada dalam kesesatan mereka pun tidak senang melihat ummat ini berada dalam petunjuk. Allah swt telah mengingatkan kaum muslim terhadap niat busuk mereka dengan firman-Nya:
وَدَّتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يُضِلُّونَكُمْ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
“Sebagian dari Ahlu Kitab menginginkan untuk menyesatkan kalian. Namun mereka tidak menyesatkan kecuali diri mereka sendiri sementara mereka tidak menyadarinya.” (QS. Al-Maidah [3]: 69)

Ini merupakan peringatan bahwa sebagian Ahlu Kitab berupaya menyesatkan kaum muslim dengan menjauhkan mereka syariat-Nya. Oleh karena itu tidak ada jalan lain bagi ummat kecuali mengikuti ketetapan Allah dan Rasul-Nya dalam segala hal. Dengan demikian mereka tidak akan cenderung kepada kesesatan sebagaimana halnya Ahlu Kitab. Allah swt berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
“Dan tidaklah patut bagi mukmin laki-laki dan perempuan jika Allah dan Rasul-Nya menetapkan suatu urusan akan ada lagi mereka pilihan yang lain pada urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat yang senyata-nyatanya.”(QS. Al-Ahzab [33]: 36)
3. Diungkap Kemunafikan dan Skandalnya
Orang yang menyembunyikan kebencian pada syariat Allah menujukkan penyakit pada hati mereka. Namun demikian mereka berupaya agar kemunafikan tersebut tidak tersingkap. Sayangnya upaya mereka sia-sia karena Allah swt mengungkap hal tersebut justru melalui lisan-lisan mereka sendiri. Allah swt berfirman:
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغَانَهُمْ (29) وَلَوْ نَشَاءُ لَأَرَيْنَاكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيمَاهُمْ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمَالَكُمْ (30)
“Apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hati mereka mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka? dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.” (QS. Muhammad [47]: 29-30)

Sebagaian dari mereka ada yang mengejek syariat Islam dengan mengatakan: “jika yang dikatakan oleh Muhammad itu benar maka niscaya kami tentu lebih buruk dari keledai.” Sebagian lagi berkata: “saya tidak melihat al-Quran kecuali merupakan lisan yang paling buruk bagi kami dan ketakutan dalam pertemuan.” Bahkan mereka secara tidak langsung telah menampakkan kemunafikan dan pelecehan mereka pada syariat sehingga mereka berkata: “lebih baik bagi saya mati dengan dipukul oleh 100 orang dari kalian daripada diturunkan al-Quran.” Tatkala hal tersebut disampaikan kepada Rasulullah saw, mereka pun datang untuk meminta keringanan dengan mengungkap berbagai alasan. Allah swt berfirman:
يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِئُوا إِنَّ اللَّهَ مُخْرِجٌ مَا تَحْذَرُونَ (64) وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (66)
“Orang-orang yang munafiq itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surah yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: “teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan Rasul-Nya).” Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.”(QS. at-Taubah[9]:64-66)
Orang-orang Munafik tak henti-hentinya menentang apa yang diturunkan Allah swt. Oleh karena itu Allah swt senantiasa menimpakan berbagai musibah dan kejadian yang mengungkap berbagai kemunafikan mereka. Allah swt berfirman:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا (61) فَكَيْفَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ ثُمَّ جَاءُوكَ يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا إِحْسَانًا وَتَوْفِيقًا (62)
“Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah tunduk pada apa yang telah diturunkan Allah dan Rasul,” maka engkau melihat orang-orang Munafiq menghalangi manusia dengan sekuat-kuatnya dari dari (mendekati) kamu. Maka bagaimanakah jika musibah menimpa mereka akibat apa yang mereka lakukan kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: “Demi Allah kami tidak menginginkan kecuali berbuat baik baik dan perdamaian.” (QS. An-Nisa [4]: 61-62)

Maksudnya adalah bagaimana keadaan mereka tatkala ditimpa berbagai musibah dengan mengungkap kemunafikan mereka atas apa yang mereka lakukan dalam masalah jinayat yakni berhukum kepada thagut dan berpaling untuk menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim. [bersambung] (Muhammad Ishak – Lajnah Tsaqafiyyah).

Kehidupan Mujahid

email dari seorang akhwat
Setiap mujahid sejati harus tahan menghadapi segala penderitaan dan risiko perjuangan,sebab perjuangan menuntut pengorbanan.Tahukah anda apa yang pertama kali harus dikorbankan seorang mujahid ? perasaannya ! ya ! yang paling pertama ia akan rasakan adalah ;korban perasaan’’, jika dengan itu ia tabah, ia akan berhadapan dengan hal lain yang menuntut ‘’pengorbanan tenaga’’ meningkat pada pengorbanan harta’’, hingga akhirnya ‘’pengarbanan jiwa’’sekalipun!

Dalam firmannya Alloh mengatakan:”Kalian sungguh sungguh akan diuji terhadap harta dan dirimu. Dan juga kalian sungguh sungguh akan mendengar ejekan yang menyakitkan hati dari orang orang ahli kitab sebelum kalian dan dari orang orang musrik. Jika kalian bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut di utamakan.”[Q.S.3:186] . Jika untuk “berkorban perasaan saja sudah tak mampu “tak tahan di hina misalnya, cepat kehilangan kendali bila diejek dan di caci maki, akan sulit baginya untuk melangkah lebih jauh. Ingat anda pada lawan, dan tindakan pertama mereka adalah menghancurkan daya tahan mental anda !Itu baru ujian mental ringan, belum lagi tekanan fisik, di aniaya lawan, di kejar, ditawan, dibunuh, itu merupakan agenda kehidupan yang akrab dengan para mujahid. Hidupnya diujung senjata musuh!Berhari-hari ia kekurangan makanan, bahkan tidak makan minum sama sekali, tidurpun tak bisa, sebab diri senantiasa dikejar kejar pasukan musuh, di intai dinas rahasia lawan, dikeroyok rakyat musuh [seperti rosululloh dianiaya penduduk tho’if].Seorang mujahid harus menyiapkan mental ekstra sampai kondisi seburuk itu,begitu juga dengan kewaspadaannya, dengan anak anak berumur 8 tahun pun ia harus berhati hati, kalau kalau bocah itu dimanpaatkan musuh sebagai kaki tangannya.Hidup para mujahid senantiasa di bayangi ketakutan, senantiasa merasa terancam dan akan terus begitu sampai perjuangan mencapai kemenangan (QS.24:55).namun bagi mujahid sejati, rasa takut tidak membuat mereka lari, hanya membuat mereka semakin berhati hati, ditatapnya semua itu dengan tabah hati, sebab di atas kesabarannya, Alloh janjikan berita gembira, berupa berkah yang sempurna, rahmat serta tambahan petunjuk, obor bagi perjuangan berikutnya.

Dalam firmannya Alloh mengatakan:“Dan sungguh kami akan memberikan sedikit cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, terancam jiwa dan kekurangan buah buahan, dan berikan kabar gembira bagi mereka yang sabar. Yaitu orang orang yang apabila di timpa musibah mereka berkata “inaa lilahi wa innaa ilaihi rooji’un”kami ini milik Alloh dan sesungguhnya kami kepadanya akan kembali. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna, rahmat dari pemelihara mereka (Robihim), dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”[Q.S 2:155-157] “Dan ingatlah ketika kalian berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi, kalian takut orang-orang kafir menculik kamu, maka Alloh memberi kamu tempat menetap dan dijadikan Nya kalian kuat dengan pertolongan Nya dan memberikan Nya kalian rizki yang baik-baik, agar kalian bersyukur” [QS.8:26, bandingkan dengan QS.24:55]waktu untuk keluarga? Jangan harap bisa hidup normal seperti orang-orang non mujahid, seringkali mereka pulang malam, adakalanya sampai pagi baru datang, kadang-kadang sampai berhari-hari tidak pulang, berbulan atau bertahun-tahun tidak bertemu keluarga.Bukan tidak bertanggung jawab atau “tak lagi punya hati”, ditelannya semua kerinduan itu demi kepentingan perjuangan dan tugas juangnya, demi keselamatan pribadi, Shohabat seperjuangan atau bahkan seluruh perjuangannya.Pulang ke rumah istri tak punya uang, tidak juga ia membawa oleh-oleh makanan, Orang lain jauh dari keluarga pulang membawa harta, ia hanya membawa harapan dan masa depan perjuangan, kemelaratan yang panjang harus siap di tanggung para mujahid.kegembiraannya bukan lagi pada pemenuhan kebutuhan hidup biologis lagi, tapi pada tercapainya cita-cita perjuangan !Itulah kehidupan para mujahid …...bila memang, semua rakyat satu nasional ikut merasakannya bila kalah, ia sendirilah yang menanggung resiko . beginilah tragisnya kehidupan mujahid, bila menang semua orang senang kepadanya [termasuk semua orang yang dahulu ciut nyali kalau berpapasan dengannya karena takut terlibat],tapi kalau kalah dia sendiri dituduh penghianat bangsa [termasuk oleh bekas kawan sendiri yang kini ‘cuci tangan’ dari perjuangan]Setiap mujahid mesti selalu waspada, sebab musibah tidak bisa di tentukan kapan datangnya , kalau dia yang hati hati , mungkin saudara seperjuangannya yang terjebak siasat lawan . singkatnya seorang mujahid adalah target incaran peluru lawan, sasaran pengisi kamp tawanan musuh. Tiada tempat beristirahat kecuali dalam sholat atau di keheningan kuburnya kelak .Maka dari itu, setiap orang yang melangkah ke gelanggang perjuangan , mesti mempersiapkan diri untuk hal ini sejak jauh-jauh hari sebelumnya. bila sang mujahid telah beristri , didiklah istri itu untuk bisa berdiri di atas kaki sendiri, untuk bisa mencari nafkah sendiri, berdagang misalnya, menjahit, bertani dsb dalam batas-batas yang di halalkan Allah SWT tentunya.Sehingga si istri tidak harus selalu menunggu suami pulang . Baru masak bila suami pulang membawa uang . baru beli baju anak , setelah suami datang….Ini terlalu gawat bagi kehidupan rumah tangga mujahid !Sekali lagi, sang suami mesti melatih istri untuk bisa membangun usaha yang mandiri , tidak selalu menggantungkan diri pada pihak lain, juga kalau bisa usahakan jenis usaha itu bisa berguna di setiap tempat , sebab boleh jadi sebentar dia berhasil disatu tempat, langganan mulai banyak , segera ia harus pindah ke tempat lain guna melanjutkan atau menyelamatkan perjuangan .Begitu juga dengan pemberangkatan yang tiba-tiba , entah siang ataupun malam sedang enak enak berkumpul dengan keluarga , atau tengah tidur lelap di tengah malam , datang tugas , dan ia harus cepat tinggalkan rumah menuju tugas juang.Atau mungkin di larut malam , saudara seperjuangannya datang , sang isteri harus sigap menyediakan makanan untuk saudaranya yang halal untuk saudaranya yang baru datang . Mungkin tamu-tamu itu menginap , mungkin juga mengajak suaminya untuk pergi malam itu juga untuk suatu tugas penting. Begitulah keadaan rumah tangga mujahid , jangan di bayangkan akan santai , senantiasa romantis tanpa pernah akan terusik orang datang . meski demikian rumah tangga mujahid akan tetap kukuh bila masing-masing pihak menyadari surat .At Taubah ayat 24 :Dalam firmannya Alloh berkata:“ jika bapak bapak, anak anak, saudara saudara, istri istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu usahakan perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah rumah yang kamu sukai dan lebih kamu cintai daripada Allah dan rosulnya dan (dari) berjihad di jalan-nya , maka tunggulah sampai allah mendatangkan keputusannya”. Dan allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (S.9:24)Karena itu pengajian dan berbagai bentuk pengokohan mental mesti secara menerus dikonsumsi keluarga mujahid.Jelas tamu yang datang, umumnya haus dan lapar , segeralah beri minum walau hanya air mentah , segeralah siapkan makan walaupun sekedar jagung, ubi bakar , atau hanya nasi kerak sekalipun. Jangan sampai tuan rumah menjadi repot sampai harus berhutang ke sana sini . beginilah kehidupan mujahid, hemat dan selalu siap dengan apa adanya , tak malu –malu menyuguhkan makanan yang ada . mujahid yang datangpun tak akan segan-segan menyantap makanan yang ada, semuanya di jalani dengan lapang dada, memahami keadaan bahwa perjuangan menuntut kesediaan hidup dalam kondisi paling darurat sekalipun .Mujahid yang datang bertamu tak perlu malu-malu meminta makanan halal yang ada pada saudaranya , sebab ia tidak tahu kapan lagi akan mendapatkan makanan . Inilah kehidupan mujahid , makan pucuk kayu, umbi-umbian di hutan rimba tidak menjadi keluhan bagi mereka , Begitupun bagi mereka yang tinggal di kota-kota, harus mampu bertahan kalaupun hanya makan sedikit jagung rebus dan air mentah . mental kearah ini harus di siapkan , sebab bukan mustahil suatu saat akan teralami …….Bisa anda bayangkan bagaimana kualitas mental mujahidin di bosnia saat itu [27 Agustus 1993], kantong pertahanannya di kepung lawan , suplai makanan terhenti, air bersihpun macet , mereka tetap melawan dan melawan ….bertahan di bawah hujan peluru dan dentuman meriam….ini bukan sehari dua hari, tapi telah berjalan berbulan-bulan….Menjadi mujahid memang harus siap menderita, namun percayalah, semua kesulitan itu tidak akan luput dari penilaian illahi.“Dan diantara manusia, ada yang mengorbankan dirinya untuk mencari ke ridhoan allah dan allah maha penyantun kepada hamba-hambanya Wahai orang-orang yang beriman , masuklah kedalam islam secara kaffah….”[S.2:207-208 ]Tidak akan ada Islam kaffah, kalau tidak ada orang-orang yang siap mengorbankan dirinya di jalan Alloh . titik ! itulah ada gium perjuangan islam.Setiap perjuangan yang murni akan memakan waktu yang panjang , mujahid sejati mesti menyadari hal ini . mereka bukan hanya di uji oleh penderitaan, tapi juga oleh waktu !Banyak ‘mujahid’ yang tahan dengan pukulan derita semasa , tapi tak sabar manakala kemenangan di anggapnya tak kunjung datang, problema perjuangan tak kunjung selesai . mereka patah di tengah jalan, kemudian mereka berkata pada genarasi muda “kami pernah lalui itu pada masa yang panjang , tapi tak menghasilkan apa-apa, carilah jalan lain……”na’udzubillahi min min dzalik . mereka tidak mensyukuri waktunya yang telah habis dalam perjuangan sabilillah , mereka minder karna tidak berhasil. Yah…karena yang diincarnya Cuma keberhasilan duniawi !“…..Janganlah kalian seperti ahli kitab sebelumnya , tatkala berlalu masa yang panjang , hati mereka menjadi keras . kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasiq “(QS.57:16)
3. Bila kesiapan berkorban perasaan tidak ada , maka biasanya kalaupun pernah berkorban tenaga atau harta, Ia akan segera surut kalau mendapat celaan, baru akan bangkit lagi kalu ada yang memuji. Disini keikhlasan tergadaikan, na’udzubillah min dzalik ! lebih parah lagi bagi orang yang bisa berkorban harta karena kaya, berkorban tenaga karena perkasa, siap bersambung nyawa karena memang pemberani, namun jika tidak siap “berkorban perasaan”, satu kali harga dirinya tersinggung. Diabaikan atau hatinya tak terpuaskan, maka segeralah ia marah-marah dan mengungkit-ngungkit jasa-jasa besarnya….., sudah pahala amalnya hilang, beberapa dosa pun bertambah memperburuk nilai dirinya, dosa takabbur, riya dan sum’ah…..astagfirullah..
4. Jangan sampai sebelum tertangkap, berkoar-koar mengumbar semangat, puluhan tahun habis-habisan bergerilya sampai tak pernah menemukan kesenangan, namun sekali masuk kamp tawanan, tak beberapa lama, segera saja membuat pernyataan menyesal mengaku salah di depan publik….. memalukan …..Sebab menyesal berarti mengakui bahwa dulu dia telah salah perhitungan dalam menentukan pilihan,…..subhanalloh……Salahkah menentukan sikap perjuangan Islam !!!.Padahal kalau memang mau mendesak seprti itu, sudah saja dari dulu jangan berjuang. Andai hari-hari pahit perjuangan itu dari dulu-dulu di pakai wiraswasta. Mungkin hari ini sudah kaya. Ini bagaimana….sudah puluhan tahun menderita, sekalinya tertangkap, malah menyesal dan mengaku bersalah.. Oleh musuh jadi cemoohan, kawan sering menghinakan, apalagi Alloh azza wa jallah ???“Janganlah kamu lemah dan minta damai [menyerah kepada musuh] padahal kamu di atas dan Alloh pun beserta kamu; dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi amal-amal kamu”(QS.47:35).
5. Kini jumlah kekuatan mujahidin di kita mulai bermunculan dalam bentuknya yang beragam, ada “mujahid” yang belum tahan lapar, terbukti jarang shoum tathowwu [senin kamis, dawud atau lainnya]. Ada “mujahid” yang belum tahan jaga malam, terbukti paling susah di ajak sholat tahajud. Namun kita tak berkecil hati, sebab semua masih merangkak memproses diri. Semoga semakin hari mereka semakin baik adanya. Aamin ya Mulki dzul jalaali wal Ikrom…..
6. Apa yang membuat para mujahid sejati tetap bertahan di bawah bawah bayang-bayang penderitaan yang menyeramkan itu ? karena Rosullullah, manusia tercinta yang sangat di percayainya, ada menjanjikan: “Ketahuilah sesunggunya surga itu ada di bawah bayang-bayang senjata”